conceptnova

Helping you to bring your concepts and ideas to life.

Teknik Pemijahan LELE DUMBO Sistem Induced Breeding (Kawin Suntik)

PEMIJAHAN

Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :

1. Secara Alami
Pemijahan secara alami adalah pemijahan yang dilakukan di alam terbuka sesuai dengan sifat hidupnya tanpa perlakuan dan bantuan manusia

2. Secara Disuntik Dengan Kelenjar Hipofisa
Penyuntikan dengan kelenjar hipofisa adalah pemijahan yang dilakukan dengan bantuan atau penanganan manusia melalui pemberian kelenjar hormon hipofisa pada recipient (penerima) yang berguna untuk melancarkan proses kematangan gonad, sehingga mempercepat proses jalannya pemijahan ikan tersebut.

MENYIAPKAN DONOR
Donor adalah ikan yang dikorbankan untuk diambil kelenjar hipofisanya untuk diberikan kepada ikan sebaga recipient (penerima donor).

Ikan sebagai ikan donor untuk ikan lele dumbo dapat diberikan ikan sejenis dan dari ikan mas tanpa mempertimbangkan jantan atau betina.

1. Cara Menyiapkan Kelenjar Hipofisa Dari Ikan Lele

* Timbang ikan donor seberat induk yang akan disuntik
* Potong bagian batas kepalanya
* Dari arah bukaan mulut, kepala lele dibelah, bagian atas kepala diambil
* Ambil kelenjar dengan menggunakan pinset, lalu digerus/dihancurkan dengan menggunakan alat penggerus sambil ditambah pelarut akuabides 1-2 cc
* Ambil dengan menggunakan spuit dan kelenjar siap disuntikkan

2. Cara Menyiapkan Kelenjar Hipofisa Dari Ikan Mas
* Timbang ikan donor seberat induk yang akan disuntik
* Potong bagian batas kepalanya

Cara Penyuntikan dan Pelepasan Induk
* Induk disuntik pada siang atau sore hari
* Kelenjar hipofisa yang telah disiapkan , setengah disuntikkan pada induk jantan dan setengahnya lagi pada induk betina
* Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung dengan memasukkan jarum suntik secara mirin 45° sedalam ± 2 cm
* Induk yang telah disuntik, dilepas kedalam bak pemijahan
* Kemudian bak pemijahan ditutup rapat
* Pemijahan akan terjadi pada malam hari, 8-12 jam setelah penyuntikan

Penetasan Telur dan Perawatan Larva
* Telur ditetaskan pada bak tembok atau pada bak yang terbuat dari plastik terpal
* Telur menetas antara 20-24 jam dari pemijahan
* Larva (benih) diberi makanan tambahan pada hari ke-3 setelah menetas berupa kutu air (Daphnia sp.) atau cacing sutera
* Selama pemeliharaan usahakan air tetap bersih dan jernih
* Selanjutnya benih didederkan di tempat lain

Sumber : Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Diskan Jawa Barat PO Box 2 Sukamandi, Subang 41256. Tel. 0260-520084

Pemijahan Lele Dumbo Secara Alami

TEKNIK PEMIJAHAN

  1. Menyiapkan Media Pemijahan

    • Menyiapkan bak pemijahan, Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 2 x 3 m dengan dalam bak 1 m. Bak dicuci dengan larutan permangkanat dosis 1 sendok teh dicampur dengan 3 liter air atau 5 gr / m3 air.

    • Menyiapkan Kakaban, terbuat dari ijuk yang dibingkai dengan bambu.
    • Menyiapkan Air Pemijahan, bak pemijahan diisi dengan air setinggi 40 cm. Air yang digunakan adalah air dari
      PDAM.

  2. Menyiapkan Induk Lele

    • Merawat Induk Lele, Induk lele yang akan dipijahkan harus diberikan pakan yang baik agar dapat menghasitkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging bekicot atau ikan rucah. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore dengan dosis 10% dari berat badan. Bak penampungan induk dekat dengan bak pemijahan agar menangkapnya mudah. Sebaiknya induk jantan dan betina ditempatkan secara terpisah. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, perawatan induk-induk dilakukan secara terpisah.

    • Memilih induk lele siap pijah, Ciri-ciri induk betina siap pijah adalah :

      • Bagian perut membesar dan lunak kalau diraba,

      • Dubur terlihat merah dan lubang pengeluaran telur lunak melebar,

      • Membuat gerakan mondar-mandir,

      • Bagian dubur merah dan lunak dan kalau diurut dari arah perut akan keluar cairan putih atau sperma.

    • Memijahkan Lele Dumbo

      • Isi bak pemijahan dengan air setinggi 40 cm.

      • Pasang kakaban hingga menutupi 80% permukaan air. Lepaskan induk-induk lele yang sudah dipilih dengan perbandingan 1 betina dan 2 jantan.

      • Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih dahulu adanya kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban.

      • Amati pada pagi hari, telur-telur sudah dilepas dan menempel pada seluruh permukaan kakaban.

    • Menetaskan Telur

      • Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak dengan permangkanat.

      • Isi air penetasan setinggi 40 cm, pindahkan / angkat kakaban masukan kedalam bak yang sudah disiapkan.

      • Amati telur-telur tersebut setelah 24 jam dan telur-telur tersebut mulai menetas. Telur yang baik akan menetas
        sampai 35 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil dan lemah. Badan transparan dan kalau dilihat dengan microskop akan terlihat masih mengandung kuning telur. Telur-telur yang tidak terbuahi berwarna kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 34 jam sampai dengan 48 jam dikeluarkan oleh induk.

    • Pemeliharaan Larva

      • Menyiapkan bak untuk budidaya pakan alami berupa dapnia atau cacing rambut. Cacing rambut banyak dijual di kios-kios
        pedagang ikan hias.
      • Setelah telur lebih dari 48 jam dan sudah terlihat banyak yang menetas maka kakaban diangkat secara hati- hati.

      • Merawat larva, larva yang baru beberapa hari menetas kondisinya masih sangat lemah. Larva in tidak memerlukan pakan
        tambahan sampai menunggu kandungan kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah menetas 7 hari. Untuk
        menjaga mortalitas yang tinggi pertu dipasang aerasi.

      • Memberi pakan larva. Setetah kandungan 7 hari, kandungan kuning telur yang asd sudah habis dan harus segera diberi pakan
        tambahan dari luar. Pakan pertama dapat diberikan kuning telur yang diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir per 5000 ekor. Pemberian pakan cacing rambut dapat diberikan setelah 11 hari dan juga dapnia.


MEMANEN BENIH LELE

Panen benih lele bukan merupakan kegiatan akhir dari kegiatan budidaya. Pemungutan hasil pertama dilakukan setelah benih berumur 17 sampai 21 hari (panjang t 2,5 cm). Pada ukuran tersebut benih lele sudah bisa ditebar pada petak pembesaran secara langsung atau ditebar pada tempat penampungan sambil menunggu pembeli.

ALAT BAHAN PEMANEN

Alat berupa seser, ember, waring, kantong plastik, tali karet, tabung udara, mangkok kecil. Perhitungan hasil biasanya dilakukan secara manual. Untuk memperoleh benih yang seragam digunakan ember plastik yang berlubang-lubang.

Sumber: Warta Jaladri No. 03/01/05. BPPP Tegal, Jl. Martoloyo PO BOX 22 Tegal, Telp. 0283-356393, Fax. 0283-322064 E-mail : bp3tegal@dkp.go.id, bppp_tegal@plasa.com

Sejarah Masuknya Lele Dumbo ke Indonesia

Lele dumbo mulai masuk dan berkembang dengan pesat di Indonesia sejak tahun 1985.

Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain :

  1. tumbuh lebih cepat,
  2. jumlah telur lebih banyak, dan
  3. lebih tahan penyakit.

Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah.

Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversation Rate).

Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele ”Sangkuriang”.

Perekayasaan ini meliputi produksi induk melalui silang-balik (tahun 2000), uji keturunan benih dari induk hasil silang-balik (tahun 2001), dan aplikasi produksi induk silang-balik (tahun 2002-2004). Hasil perekayansaan ini (lele sangkuriang) memiliki karakteristik reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan lele dumbo yang saat ini beredar di masyarakat.

Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran.

Untuk lebih detailnya perihal Lele Sangkuriang akan saya bahas pada postingan yang lain.

Manfaat Ikan Lele

Jika kita memperhatikan dengan seksama terhadap apa saja manfaat Ikan Lele, maka kurang lebih terdapat 4 manfaat dari ikan lele (ini hanya diambil garis besarnya saja lho, karena pada kenyataannya buanyaaakks seukallli manfaat dari ikan lele) :

  1. Sebagai bahan makanan

  2. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan
    hias
  3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu
    makanan alami ikan lele.

  4. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah, dan

  5. lain-lain.

Lokasi / Kolam yang baik untuk Budidaya Lele

Lokasi / Kolam yang baik untuk Budidaya Lele :

  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat
    digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.

  2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.

  3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.

  4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
  5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.

  6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20o C, dengan suhu optimal antara
    25-28o C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
    30oC dan untuk pemijahan 24-28o C.
  7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.

  8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
    ikan.

  9. Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.

  10. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daundaunan hidup, seperti enceng gondok.

  11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60
    cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari
    12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.

  12. Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
    a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
    b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
    c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
    d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
    e. Kedalaman air 30-60 cm.

Klasifikasi ikan lele

Jika kita merujuk kepada awal penemuannya, maka klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:

  • Kingdom : Animalia
  • Sub-kingdom : Metazoa
  • Phyllum : Chordata
  • Sub-phyllum : Vertebrata
  • Klas : Pisces
  • Sub-klas : Teleostei
  • Ordo : Ostariophysi
  • Sub-ordo : Siluroidea
  • Familia : Clariidae
  • Genus : Clarias

Jenis-jenis Lele yang terdapat di seluruh dunia

Sebagaimana banyak di tuturkan di website-website teman-teman kita yang lain, bahwa jumlah jenis lele yang sudah terdaftar di seluruh dunia ada 56 spesies.

Dan uniknya lagi ; ikan lele ternyata mempunyai banyak julukan (tergantung daerah/negara dimana SI LELE itu berada) seperti : mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish,
siluroid, mudfish dan walking catfish, air breathing fish, scavenger dll.

Dan... di Negara Indonesia sendiri terdapat banyak sekali sebutan untuk ikan lele (tergantung
dimana SI LELE itu berada, seperti : ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet
(Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah).

Nah, di Negeri tercinta (Indonesia) ternyata sampai sekarang (saat postingan ini dimuat) hanya 6 jenis lele yang sudah berkembang biak yaitu : Clarias batrachus, Clarias teysmani, Clarias melanoderma, Clarias nieuhofi, Clarias loiacanthus, dan Clarias gariepinus.

  1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Sumatra Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

  2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).

  3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatra Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).

  4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatra Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).

  5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatra Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).

  6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika (Anonim, 2007).

Berikut ini adalah Jenis-jenis lele yang terdapat diseluruh dunia :

(Anonim, 2007)

  1. Clarias abbreviatus
  2. Clarias agboyiensis
  3. Clarias albopunctatus
  4. Clarias alluaudi Alluaud's catfish
  5. Clarias anfractus
  6. Clarias angolensis
  7. Clarias anguillaris Mudfish
  8. Clarias batrachus Walking catfish
  9. Clarias batu
  10. Clarias brachysoma
  11. Clarias buettikoferi
  12. Clarias buthupogon
  13. Clarias camerunensis
  14. Clarias cataractus
  15. Clarias cavernicola Cave catfish
  16. Clarias dayi
  17. Clarias dhonti
  18. Clarias dussumieri
  19. Clarias ebriensis
  20. Clarias engelseni
  21. Clarias fuscus
  22. Clarias gabonensis
  23. Clarias gariepinus
  24. Clarias hilli
  25. Clarias insolitus
  26. Clarias intermedius
  27. Clarias jaensis
  28. Clarias kapuasensis
  29. Clarias laeviceps
  30. Clarias lamottei
  31. Clarias leiacanthus
  32. Clarias liocephalus Smoothhead catfish
  33. Clarias longior
  34. Clarias maclareni
  35. Clarias macrocephalus Broadhead catfish
  36. Clarias macromystax
  37. Clarias meladerma Blackskin catfish
  38. Clarias microstomus
  39. Clarias nebulosus
  40. Clarias ngamensis Blunt-toothed African catfish
  41. Clarias nieuhofii
  42. Clarias nigricans
  43. Clarias nigromarmoratus
  44. Clarias olivaceus
  45. Clarias pachynema
  46. Clarias planiceps
  47. Clarias platycephalus
  48. Clarias pseudoleiacanthus
  49. Clarias pseudonieuhofii
  50. Clarias salae
  51. Clarias stappersii Blotched catfish
  52. Clarias submarginatus
  53. Clarias sulcatus
  54. Clarias teijsmanni
  55. Clarias theodorae Snake catfish
  56. Clarias werneri

Ciri-ciri Induk Lele Dumbo Yang Siap Memijah

Berikut ini adalah Ciri-ciri Induk Lele Dumbo Yang Siap Memijah :

  1. Induk Jantan
    • Umur telah mencapai 1 tahun
    • Warna tubuh agak kemerah-merahan
    • Alat kelamin tampak jelas meruncing
    • Tubuh tetap ramping dan gerakannya lebih lincah.
  2. Induk Betina

    • Perut tampak besar dan bila diraba terasa lembek
    • Alat kelamin berwarna kemerahan dan lubangnya agak membesar
    • Bila diurut kearah anus keluar telur berwarna kekuningan.

Ciri-ciri Induk Yang Baik

Berikut ini adalah Ciri-ciri Induk yang baik untuk menunjang keberhasilan dalam Budidaya Lele (terutama usaha Budidaya Pembibitan Lele) :
  • Umur telah mencapai 1 tahun
  • Ukuran berkisar 300-1000 gram/ekor
  • Nampak sudah jinak
  • Badan mengkilat dan gemuk
  • Tubuh sehat dan tidak cacat

FAQ EM4 (Tanya Jawab seputar EM4)

Teknologi EM pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang pada tahun 1980. EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan organic. Bahan organic tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organic diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam amino sehingga bias diserap oleh tanaman. Dewasa ini Teknologi EM telah diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, kehutanan, pengolahan limbah dan kesehatan.
Teknologi EM di Indonesia telah dimasyarakatkan kepada petani sejak tahun 1993, setelah dilakukan usaha-usaha penelitian dan pengujian dalam skala terbatas oleh lembaga penelitian swasta dan universitas dari tahun 1990 sampai 1993. Usaha pemasyarakatan Teknologi EM di Indonesia pada walnya diprakarsai oleh yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming Societies, Merupakan lembaga non pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan pertanian akrab lingkungan yang berkelanjutan dengan masukan rendah


  1. Apakah yang dimaksud dengan Effective Microorganisms (EM)?

    EM merupakan kultur campuran dari microorganisms yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan kergaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.

  2. Dari manakah konsep dan teknologi EM berasal?

    Teknologi, konsep penerapan EM dalam bidang pertanian telah dilakukan secara mendalam oleh Prof. Dr. Teruo Higa di Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dalam skala luas, EM telah diterapkan oleh petani organic di Jepang, Thailand, Brazil, Amerika Serikat, Indonesia, Philiphina, Srilangka, Cina, Korea Selatan, Taiwan, India, Perancis, Malaysia, New Zealand, Laos, Myanmar,, dll. Dari tahun 1989 sampai saat ini, pengembangan teknolgi EM masih terus dilakukan.

  3. Apakah EM hanya diterapkan pada tanah dan tanaman saja?

    Disamping diterapkan pada tanah dan tanaman, EM juga dapat diterapkan dalam pengolahan limbah untuk mempercepat penguraian air limbah, memperbaiki tanah dasar tambak untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan udang, disemprotkan pada kandang ternak untuk menghilangkan polusi bau pada limbah ternak, dicampurkan pada air minum dan makanan ternak untuk memperbaiki mikroorganisme yang ada dalam perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi ternak menjadi meningkat.

  4. Apakah mikroorganisme yang terkandung di dalam formula EM merupakan mokroorganisme asing?

    Tidak. Kultur EM tidak mengandung suatu mikroorganisme asing. EM terbuat dari kultur campuran spesies mikroorganisme alami yang terdapat dalam lingkungan alam dimanapun. Mikroorganisme EM bukan hasil rekayasa genetik. Mikroorganisme yang terdapat di EM yang dipasarkan di Indonesia, adalah jenis mikroorganisme alami yang ada/hidup di Indonesia.

  5. Jika kultur EM mengandung mikrrorganisme yang terdapat di alam, apakah keuntungan menggunakan EM?

    Prof. Dr. Teruo Higa telah menekuni penelitiannya untuk mengisolasi dan menyeleksi berbagai mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi tanah dan tanaman. Beliau telah menemukan mikroorganisme yang dapat hidup bersama dalam kultur campuran dan secara fisiologis mempunyai kecocokan di antara mikroorganisme tersebut. Sewaktu kultur campuran tersebut diperkenalkan pada setiap individu, mikroorganisme secara cepat bertambah dalam aksi sinergistik (saling menunjang).

  6. Jenis mikroorganisme apakah yang terkandung di dalam EM dan bagaimana fungsinya?

    Mikroorganisme yang terdapat di dalam EM terdiri dari: Lactobacillus (bakteri asam laktat), bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Strepmyces sp, dan ragi. EM meningkatkan fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi terhadap tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.

  7. Bagaimana cara kerja EM?

    Cara kerja EM telah dipublikasikan secara ilmiah yang menunjukan bahwa EM dapat

    (a) menekan pertumbuhan patogen tanah,

    (b) mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik,

    (c) meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman,

    (d) meningkatkan aktivitas mikroorganisme indogenus yang menguntungkan, seperti ; Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut, fosfat, dll.

    (e) Memfiksasi nitrogen,

    (f) Mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.

    Dengan cara tersebut EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang selalu merupakan masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman sejenissecara terus menerus (continuous cropping). EM memfermentasikan sisa-sisa pakan dan kulit udang/ikan pada tanah dasar tambak, sehingga gas beracun (metan, dan H2S, Mercaptan, dll) dan panas pada tanah dasar tambak menjadi hilang, untuk selanjutnya udang/ikan dapat hidup dengan baik. Dengan cara yang sama EM juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak, hingga lingkungan kandang menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stress sehingga nafsu makannya meningkat. EM yang diminumkan dengan dosis 1 : 1000 pada minuman ternak, hidup dalam usus ternak, berfungsi untuk menekan populasi mikroorganisme pathogen di dalam usus sehingga ternak menjadi sehat.

  8. Sewaktu bahan organik dimasukkan ke dalam tanah, apakah mikroorganisme yang terkandung di dalam EM secara alami juga terdapat/hidup di dalam tanah?

    Ya. Umumnya limbah organik, termasuk kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos, mempunyai populasi mikroorganisme aslinya. Beberapa diantaranya menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, dan ada juga yang merugikan. Akan tetapi sewaktu limbah organik dimasukkan ke dalam tanah, mikroorganisme yang merugikan secara cepat menyebar dan menjadi dominan di dalam tanah. Oleh karena itu, mikroorganisme yang menguntungkan yang terdapat di dalam bahan organik biasanya hidup dalam jangka waktu yang pendek.

  9. Apakah EM juga mengalami hidup dalam jangka waktu yang pendek/stress/mati setelah diaplikasikan pada lingkungan tanah?

    Ya, pada beberapa taraf tertentu. Akan tetapi keuntungan menggunakan EM adalah populasi mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah lebih besar daripada populasi mikroorganisme yang merugikan. Jika limbah organik tersedia, EM menjadi dominan di dalam tanah dalam jangka waktu yang lebih lama.

  10. Bagaimanakah cara memperpanjang efektivitas EM di dalam tanah?

    Hasil penelitian telah membuktikan bahwa pemberian EM sebanyak 4 kali pada tanaman setahun, contohnya padi, sayur, palawija, dll. Dari minggu pertama sampai menggu keenam, dalam interval waktu 7-10 hari, dapat memperpanjang efektivitas EM. Pada tanaman tahunan, seperti karet, kopi, panili, anggur, dll, EM diaplikasikan secara kontinyu dalam interval waktu 3-4 minggu. Hal tersebut dapat menjamin populasi EM yang tinggi di dalam tanah sampai tanaman melewati periode kritis akibat stres lingkungan (kekeringan, kepanasan, gulma, patogen). Dalam periode kritis tersebut, tanaman paling banyak kehilangan kemampuan produksinya. Akan tetapi, dengan perlakuan EM, tanaman akan melewati periode kritis dengan baik, penampakan tanaman menjadi tegar, sehat dan tahan terhadap stres lingkungan. Kombinasi perlakuan EM dan pupuk organic (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dll) akan mempercepat perkembangan populasi EM di dalam tanah, sehingga efektivitasnyapun meningkat.

  11. Apakah penambahan bahan organik ke dalam tanah merupakan suatu hal yang mutlak?

    Ya. Penambahan bahan organik (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos atau sisa-sisa tanaman) ke dalam tanah sangatlah diperlukan untuk kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Bahan organik di dalam tanah difermentasi oleh EM, hasil fermentasi tersebut berupa gula alkohol, asam laktat, asam amino, dan senyawa organik lainnya, yang dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman melalui proses osmose.

  12. Berapa jumlah bahan organik yang harus dimasukkan ke dalam tanah dan kapan saat pemberiannya yang tepat?

    Bahan organik dicampur ke dalam tanah sebanyak 1-10 ton per hektar. Pada tanaman setahun, bahan organik di campurkan pada saat 1 minggu sebelum tanam, sedangkan pada tanaman tahunan, bahan organik diberikan setiap 3 bulan sekali.

  13. Bagaimana cara mengumpulkan bahan organik sejumlah tersebut?

    Umumnya petani tidak memperhatikan pentingnya bahan organic dalam meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik dalam pertanian di Negara berkembang sangatlah berlimpah dan mudah didapat, misalny jerami, sekam, sampah pasar, sisa-sisa tanaman, serasah, kotoran hewan, dll. Akan tetapi mudah didapat merupakan bahan organik yang paling baik digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah karena biayanya murah.

  14. Apakah EM hanya diaplikasikan pada tanah saja?

    Tidak. Disamping pada tanah, EM juga dapat diaplikasikan pada seluruh permukaan tubuh tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan EM pada permukaan daun dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman dan menekan pertumbuhan patogen yang terdapat pada permukaan tanaman.

  15. Berapa konsentrasi dan dosis EM yang tepat sewaktu diaplikasikan pada tanah atau permukaan tanaman?

    EM dicampurkan dalam air pada konsentrasi 3-10:1000, dengan dosis 8-10 liter per ha per musim tanam. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada permukaan tanaman atau disiramkan pada permukaan tanah, atau bersama-sama dialirkan dalam pengairan.

  16. Tidakkah EM merusak lingkungan jika diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu?

    Tidak. EM tidak merusak lingkungan walaupun diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu, karena EM bukan merupakan mikroorganisme asing dan secara alami sudah terdapat di dalam tanah. Populasi EM di alam akan diseimbangkan sesuai dengan lingkungan (bahan organik, air, suhu, O2, dll) yang tersedia di dalam tanah.

  17. Dapatkah EM meningkatkan kualitas limbah organik, sampah, atau limbah organik pada industri?

    Ya. EM telah digunakan secara efektif untuk menanggulangi masalh bau limbah pertanian, sampah kota, hotel, restoran dan rumah tangga, serta limbah organik industri, untuk menghilangkan bau busuk yang ditimbulkan dengan mempercepat proses penguraian limbah organik tersebut. EM juga digunakan untuk mempercepat proses pengomposan (Bokashi).

  18. Apakah EM efektif diaplikasikan terhadap seluruh tanaman dan tanah?

    Ya. Penelitian tentang EM telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman dan tanah dalam kondisi agroekologi yang berbeda-beda. Hasilnya menunjukkan bahwa EM memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah.

  19. Dapatkah teknologi EM dipertimbangkan sebagai pengganti praktek manajemen pertanian lainnya?

    Tidak. EM bukan merupakan pengganti praktek manajemen pertanian lainnya. Teknologi EM merupakan dimensi tambahan untuk mengoptimumkan praktek manajemen tanah dan tanaman, seperti pada rotasi tanaman, penambahan bahan organic, konservasi pengolahan tanah, daur ulang limbahpertanian dan pengendalian biologi. Jika digunakan dengan tepat, EM secara nyata dapat meningkatkan hasil pertanian yang telah diterapkan. EM dapat meningkatkan pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman, memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah, kesuburan dan produktivitas tanah, serta mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia.

  20. Bagaimana EM dapat menekan pertumbuhan serangga hama?

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa EM dapat memfermentasikan bahan organic yang terdapat di dalam tanah dengan melepaskan hasil fermentasi berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino, dan senyawa organik lainnya. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang barbau busuk. Serangga hama tidak tertarik untuk bertelur atau mentaskan telurnya di dalam kondisi tanah tersebut. Akhirnya siklus hidup serangga di dalam tanah dan tanaman menjadi terputus dan tingkat serangan hama menjadi menurun.

  21. Apakah EM juga dapat menekan pertumbuhan nematode parasit tanaman?

    Ya. Hasil fermentasi bahan organik tanah menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan jamur pemangsa nematode (nematode trapping fungi), yang dapat menurunkan populasi nematode parasit tanaman di dalam tanah.

  22. Jika EM dapat mengendalikan serangga hama, nematode dan penyakit tanaman, apakah EM merupakan pestisida?

    Tidak. EM bukan merupakan pestisida dan tidak mengandung bahan kimia. EM merupakan mikroorganisme inokulan yang diperkenalkan pada tanah dan tanaman yang berfungsi sebagai pengendali biologis dalam menekan/mengendalikan hama atau penyakit tanaman.

  23. Apakah EM telah diterapkan di pertanian Indonesia?

    Teknologi EM telah dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1990. Pengenalan Teknologi EM dilakukan bekerja sama dengan pusat-pusat pelatihan pertanian swadaya, kontak tani dan kelompok-kelompok tani. Penerapannya dilakukan oleh petani, peternak (ayam, babi, sapi) dan nelayan (udang dan ikan). Dari hasil pengamatan di lapangan, serta hasil percobaan yang telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1990, membuktikan bahwa EM mampu beradaptasi dan memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, ternak, udang dan ikan.

  24. Apa fungsi dari asam laktat, asam butirat, etil alkohol, karbohidrat dan etanol?

    Merupakan senyawa organik yang dapat melarutkan ion-ion (unsur hara) di dalam tanah. Terlarutnya ion-ion tersebut menjadikannya mudah terserap oleh tanaman. Lain halnya dengan proses pembusukan bahan organik, ion-ion yang dilepaskan dari proses pembusukan tidakdalam bentuk terlarut akan tetapi masih terikat denga molekul-molekul /ion-ion lainnya, teritama golongan logam berat. Disini jelaslah perbedaan hasil dari proses pembusukan dengan fermentasi.

  25. Bagaimanakah reaksi-reaksi dari asam laktat, asam butirat, etil alkohol, karbohidrat dan alkohol, sehingga dapat diserap oleh tanaman dan berpengaruh pada tanah?

    Senyawa organik yang dilepaskan dari hasil fermentasi bersifat stabil, tidak mudah menjadi reaksi oksidasi maupun reduksi, yang terkenal dengan istilah kondisi antioksidasi (antioxidative condition) dan senyawa anti oksidasi tersebut dikenal dengan istilah antiosidan. Sebaliknya, ion-ion yang dihasilkan dari proses pembusukan berada dalam kondisi oksidasi atau reduksi, yang dikenal dengan istilah kondisi oksidasi (Oxidative condition). Ion oksidasi tersebut sangat labil dan sukar tersedia bagi tanaman. Senyawa antioksidan mengandung ion yang stabil, tidak mudah bereaksi, sehingga mudah diserap oleh perakaran tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi subur.

  26. Mengapa di dalam tanah yang terfermentasi oleh EM, Hama tidak tertarik untuk bertelur?

    Karena di dalam tanah yang terfermentasi tidak melepaskan panas dan bau busuk. Secara naluriah, serangga tidak mau bertelur di dalam tanah tersebut, karena siklus hidup serangga (telur, larva, serangga) menjadi terputus. Ledakan hama selalu terjadi pada tanah yang mengalami proses pembusukan (putrefactive soil), bukan dalam tanah yang terfermentasi (fermentative soil). Pada tanah yang sering diberi perlakuan pupuk kimia dan pestisida, cenderung menjadi tanah pembusuk. Sebaliknya tanah yang sering diberi bahan organik pupuk kandang/kompos, cenderung menjadi tanah fermentatif. Inokulasi EM menunjang kondisi tanah menjadi tanah zymogenic (fermentative).

  27. Mengapa penyemprotan EM dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman?

    Karena EM menekan pertumbuhan patogen yang hidup pada permukaan daun, sehingga jumlah klorofil daun menjadi meningkat. Disamping itu, melalui proses reaksi biokimia, EM melepaskan enzim-enzim yang mendukung berlangsungnya foto sintesa di daun.

  28. Fungsi dari masing-masing organisme tersebut baik pada tanaman maupun pada tanah?

    EM terdiri dari 5 (lima) jenis mikroorganisme utama, yaitu bakteri fotosintetik, ragi, Lactobacillus, Actinomycetes dan Streptomyces, yang bekerja secara sinergis (saling menunjang) untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

    (a) Bakteri fotosintetik berfungsi untuk mengikat nitrogendari udara bebas,memakan gas-gas beracun dan panas dari hasil proses pembusukan, sehingga polusi di dalam tanah menjadi berkurang.

    (b) Ragi berfungsi untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa-senyawa organic (dalam bentuk alkohol, gula, dan asam amino) yang siap diserap oleh perakaran tanaman.

    (c) Lactobacillus berfungsi untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman.

    (d) Actinomycetes dan Streptomyces berfungsi untuk menghasilkan senyawa-senyawa antibiotik yang bersifat toksik terhadap patogen/penyakit, serta dapat melanjutkan ion-ion fosfat dan ion-ion mikro lainnya.

  29. Apakah yang menjadi indikasi bahwa sampah organik yang telah yang telah diberi EM sudah terfermentasi?

    Bahan organic yang telah terfermentasi menimbulkan aroma asam dan manis seperti bau tape dan tidak panas.

  30. Apakah tanah zymogenic itu?

    Tanah zymogenic adalh tanah yang banyak mengandung mikroorganisme fermentasi, seperti ragi, Lactobacillus, bakteri fotosintetik,, dll, yang dalam aktivitasnya memfermentasi bahan organic tanah.

  31. Apakah dengan menggunakan EM masih perlu menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia?

    Penggunaan pupuk kandang, kompos, dll, mutlak diperlukan, yang berguna sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang terdapat di dalam EM, sedangkan untuk pupuk kimia, tetap digunakan namun dosisnya dikurangi sampai dengan setengahnya untuk menekan biaya produksi.

  32. Kondisi lingkungan yang bagaimanakah yang cocok untuk pengaplikasian EM?

    Kondisi apapun cocok untuk aplikasi EM, asalkan terdapat bahan organik untuk media hidup dan sebagai sumber hidupnya.

  33. Apakah dengan menggunakan Em masih perlu menggunakan pestisida?

    Sebaiknya pestisida diterapkan dalam keadaan yang sangat mendesak, pada saat terjadi ledakan hama yang tidak dapat ditanggulangi lagi dengan cara lain, karena penerapan pestisida secar kontinu dengan dosis tinggi akan menurunkan populasi EM di dalam tanah.

  34. Apakah EM dapat dicampurkan dengan pestisida (insektisida, fungisida, dan bakterisida)?

    Tidak. Karean EM adalh mahluk hidup, yang bila dicampur dengan pestisida akan mati. Penerapan EM pada daun batang tanaman 1 (satu) mingu setelah penerapan pestisida masih dapat ditolerir. Pemberian bahan organik dan EM ke dalam tanah dapat menetralkan residu di dalam tanah.

  35. Bagaimana cara membuat kompos dengan Teknolgi EM?

    Kompos yang dibuat dengan teknologi disebut Bokashi. Bahan bakunya dapat terdiri baerbagi bahan organic, seperti misalnya jerami padi, pupuk kandang, dedak (padi), sekam, gula pasir, dll.

Gambar Lele Phyton


Gambar Lele Dumbo




Sekapur Sirih

Next Update